PT BPR SAMI MAKMUR


 “Hai katak sahabat ku, itu ada pohon pisang yang hanyut. Cepatlah kau berenang ke sana dan seret pohon itu ke pinggir sungai. Aku tak bisa mengambilnya karena aku tak bisa berenang”. Kata si monyet.


Si katak pun mengikuti saran monyet temannya itu. Dia berenang ke tengah sungai dan menyeret pohon pisang itu ke pinggir sungai.
“sekarang kita tunggu lagi pohon pisang yang hanyut. Agar aku dan kamu sama-sama memiliki satu pohon untuk di tanam”. Kata monyet.
“Baiklah.. kita tunggu saja di sini”. Kata si katak.

Tapi setelah lama mereka menunggu, tak ada satu pun pohon pisang yang dapat mereka temukan lagi. Hingga sore menjelang, tak ada lagi pohon pisang yang hanyut terbawa arus sungai.
“Sepertinya tak ada lagi pohon pisang yang hanyut hari ini. Kalau begitu pohon ini biar aku bawa, dan kamu tunggu saja pohon pisang berikutnya esok hari”. Kata si monyet.
“ah, tidak bisa. Kan aku yang mengambil pohon pisang ini dari sungai. Jadi pohon pisang ini seharusnya menjadi milik ku”. Kata si katak sedikit protes.

Monyet pun mencari akal agar dia dapat menipu si katak demi ke untungan dirinya sendiri.
“Baiklah kalau begitu. Agar lebih adil, bagai mana kalu pohon pisang ini kita bagi dua”. Kata si monyet.
“Hmm.. ide yang bagus. Baiklah kalau begitu..’. jawab si katak.
“Aku dapat bagian atas, kamu dapat bagian bawah”. Kata si monyet. Dia berusaha menipu si katak dengan memberinya bagian pangkal pohon. Karena dia berfikir, pada pohon pisang yang berbuah adalah bagian atas. Jadi dia meminta bagian atas agar cepat berbuah.

“Kok begitu? Kamu curang monyet. Yang berbuah kan bagian atas, bagaimana aku dapat bagian pangkal pohon. Mana mungkin bias berbuah?”. Tanya si katak.
“Jangan hawatir sahabat ku. Walaupun bagian pangkal, jika kau rawat dengan baik pasti juga dapat berbuah. Kan kita ini sahabat, mana mungkin aku menipu mu”. Kata si monyet menjalankan siasatnya. Dan ahirnya si katak dengan berat hati menerimanya. Karena dia yakin, bahwa sahabatnya itu tak mungkin menipu dirinya.
Akhirnya, mereka berdua membawa bagian pohon pisang ke rumah masing-masing untuk mereka tanam. Dalam beberapa hari, pohon pisang yang di tanam oleh si monyet sudah layu dan mati. Tentu saja karena pohon pisang bagian atas tak memiliki akar dan tak bisa hidup. Berbeda dengan pohon pisang milik si katak, kini telah mulai bertunas dan keluar daunnya.

Satu minggu kemudian, si monyet berkunjung ke tempat si katak. Dia berniat melihat tanaman pisang milik si katak, apakah mati seperti tanaman miliknya. Tapi si monyet sangat kaget ketika melihat tanaman si katak tumbuh dengan subur. Kini dia sadar bahwa dulu dia telah memilih bagian pohon yang salah, tapi sesal pun kini tiada guna. Dia pun mulai mencari siasat untuk dapat menikmati buah pisang milik si katak.

Setiap dua minggu sekali, si monyet berkunjung ke rumah si katak. Dia berdalih bertamu dan melihat hasil kerja si katak. Apakah sesubur pohon pisangnya. Padahal dia hanya berusaha melihat apakah buah pisang si katak sudah berbuah. Sehingga dia dapat memetiknya. Hal tersebut dia lakukan secara berulang dan terus menerus.

Hingga pada suatu hari, akhirnya pohon pisang milik si katak sudah masak dan siap di panen.
“Hai kawan, bagai mana kabar pohon pisang mu kali ini? Apakah sudah masak?”. Tanya si monyet.

Komentar