Loker Karir PNM MEKAR


 “Bagaimana bisa menjadi seperti dirimu? Menjadi rumput hijau dan tumbuh subur. Kau tampak sangat bahagia, setiap hari kau menikmati angin sepoi yang lembut dan embun di pagi hari.”

“Aku hanyalah makanan bagi para sapi gembala, aku diinjak-injak lalu dimakan. Aku bahkan ingin sepertimu, menjadi pembuat bawang merah yang harum dan disukai banyak orang.” Sang gadis terkejut dengan perkataan rumput, ia pun menyadari bahwa ia telah memiliki banyak hal.

Gadis cantik itu pun termenung. Ia pun ingin bertanya pada pohon apel tempatnya bersandar. “Pohon Apel, kau tampak sangat tenang, kau memiliki warna yang cantik dan semua orang menyukaimu,” tanya sang gadis.

“Sudah lama tidak turun hujan, aku merasa sangat kehausan. Aku beruntung hari ini kau yang bersandar di punggungku. Karena terkadang, beberapa orang yang bersandar di sini melempari buah apelku dengan beberapa batu kecil untuk membuatnya jatuh. Itu membuatku kesakitan,” jawab apel.

Gadis cantik pun tersadar, hidupnya yang dulu miskin telah berubah. Ia pun harus mempertahankan apa yang telah ia capai. Ia pun pulang dan segera membuat bawang goreng. Ia tak peduli jika tangannya berubah menjadi tebal dan air matanya menetes, yang penting hidupnya bahagia.

6. Bebatuan Sungai


Beberapa bebatuan yang tinggal di aliran sungai, mengeluhkan dirinya yang hanya menjadi batu dan tidak dapat pergi ke mana-mana. Setiap hari ia hanya bisa melihat air-air jernih menari dari atas ke bawah, dari kiri ke kanan, meliuk-liuk, terjun, dan bersorak gemuruh. Ia adalah batu sungai yang berwarna hitam. Ia sangat keras, sesekali manusia lewat dan menjadikannya tempat berpijak.

Batu hitam sangat ingin menjadi air. Air bisa pergi sejauh apa pun yang ia mau, dari hulu ke hilir. Air sangat jernih dan indah, tak seperti dirinya yang hitam dan keras. Batu pun berharap, ia bisa menjadi air seperti yang ia inginkan.

Saat malam tiba, batu tertidur. Hingga saat fajar menyingsing, batu hitam sadar bahwa ia sudah menjadi air. Betapa senangnya dirinya, permintaannya terkabul. Ia menikmati perjalanan menjadi air, ia melewati begitu banyak pohon di tepi sungai. Ia juga bisa melihat monyet berpindah dari satu pohon ke pohon lain.

Ia sangat menikmati menjadi air, hingga tibalah perjalanan panjangnya di sebuah danau. Di danau ia melihat air laut yang memiliki kekuatan ombak yang besar dan hebat. Ia ingin menjadi air laut, di danau ia tidak bisa ke mana-mana, hanya berlindung di bawah tanaman enceng gondok.

Air yang berada di danau berharap agar ia bisa berpindah ke laut. Ia ingin mengarungi samudra dan menjadi ombak yang besar dan menggulung indah. Hingga saat musim penghujan, air danau meluap, ia pun mengalir ke sebuah muara.

Betapa senangnya saat tiba di muara, di hadapannya terhampar air biru yang sangat luas. Di lautan yang luas itu, ia berada di antara jutaan liter air yang rasanya asin, ia pun mulai menggulung-gulung menjadi ombak.

Komentar