Loker di Waroenk Ramen


 Akhirnya, mereka berdua membawa bagian pohon pisang ke rumah masing-masing untuk mereka tanam. Dalam beberapa hari, pohon pisang yang di tanam oleh si monyet sudah layu dan mati. Tentu saja karena pohon pisang bagian atas tak memiliki akar dan tak bisa hidup. Berbeda dengan pohon pisang milik si katak, kini telah mulai bertunas dan keluar daunnya.


Satu minggu kemudian, si monyet berkunjung ke tempat si katak. Dia berniat melihat tanaman pisang milik si katak, apakah mati seperti tanaman miliknya. Tapi si monyet sangat kaget ketika melihat tanaman si katak tumbuh dengan subur. Kini dia sadar bahwa dulu dia telah memilih bagian pohon yang salah, tapi sesal pun kini tiada guna. Dia pun mulai mencari siasat untuk dapat menikmati buah pisang milik si katak.

Setiap dua minggu sekali, si monyet berkunjung ke rumah si katak. Dia berdalih bertamu dan melihat hasil kerja si katak. Apakah sesubur pohon pisangnya. Padahal dia hanya berusaha melihat apakah buah pisang si katak sudah berbuah. Sehingga dia dapat memetiknya. Hal tersebut dia lakukan secara berulang dan terus menerus.

Hingga pada suatu hari, akhirnya pohon pisang milik si katak sudah masak dan siap di panen.
“Hai kawan, bagai mana kabar pohon pisang mu kali ini? Apakah sudah masak?”. Tanya si monyet.
“Wah.. tepat sekali kau datang. Pohon pisang ku sudah masak dan sudah waktunya untuk di panen hari ini. Bagaimana dengan pohon pisang mu?’. Tanya si katak.
“Sama, pohon pisang ku juga sudah masak dan sudah siap untuk di panen. Rencananya besok mau aku petik”. Kata si monyet berbohong.

“Baguslah kalau begitu. Jika aku boleh minta tolong, maukah hari ini kau memanjatkan pohon pisang ku? Karena aku tak bias memanjat”. Pinta si katak.
Mendengar permintaan dari si katak, si monyet sangat senang. Karena hari ini adalah hari yang dia tunggu-tunggu selama ini. Dia dapat makan buah pisang hingga puas.
“Tentu saja katak sahabat ku. Aku ke sini memang untuk menolong mu. Kalau begitu, mari kita menuju pohon pisang milik mu”. Jawab si monyet yang licik itu.

Mereka berdua kemudian menuju pohon pisang milik si katak. Dan dengan cepat si monyet yang rakus itu memanjat pohon pisang itu. Dan di atas pohon, monyet itu mulai memetik satu persatu buah pisang. Bukan untuk di berikan pada si katak yang dari tadi menunggu di bawahnya, melainkan dia makan sendiri di atas pohon.
“Wah.. kau memang pandai menanam pisang kawan. Pisang mu ini terasa sangat manis dan lezat”. Teriak si monyet dari atas pohon.
“Hai monyet, kenapa kau memakan pisang ku? Jatuhkan beberapa pisang untuk ku. Jangan kau makan sendiri di atas pohon..!!”. teriak si katak dari bawah.

“Hai katak kawan ku. Kau ini sangat bodoh. Kau ini katak, kau tidak makan buah. Tapi kau makan serangga. Lebih baik kau pergi saja mencari nyamuk untuk kau santap. Biar buah pisang yang lezat ini aku saja yang memakanya. Karena buah selezat ini sayang sekali bila harus di bagi dengan mu. Hahahaha..”. jawab si monyet. (visit dongengterbaru.blogspot.com)
Mendengar jawaban monyet yang seperti itu, si katak merasa sangat marah. Dia sangat kecewa pada si monyet yang selama ini dia aggap sebagai sahabat, ternyata monyet itu sangat egois. Akhirnya si katak pun masuk ke dalam rumah dan mengambil alat untuk menebang pohon pisang itu.

Komentar